
- Mereka berkontribusi pada setiap dimensi ketahanan pangan, dan memberdayakan perempuan.
- Mereka memiliki dampak lingkungan yang rendah dan dapat berkontribusi pada siklus nutrisi ekosistem.
- Mereka adalah sumber penting keanekaragaman hayati genetik dan memelihara keturunan asli.
- Mereka dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
benarkah dengan beternak ayam KUB sebagai langka awal pengenasan kemiskinan dan stunting di NTT???
Unggas dan khususnya ayam kampung biasanya dipelihara oleh 90–95% rumah tangga di daerah pedesaan. Jumlahnya biasanya berkisar antara 2 hingga 5 ekor per unit keluarga. Tujuan memelihara ayam adalah untuk menyediakan protein bagi keluarga dan penjualan untuk pendapatan tunai. Pemeliharaan ayam kampung sangat populer di kalangan masyarakat pedesaan karena investasi kecil dan waktu yang singkat untuk memperoleh penghasilan. Namun, memelihara ayam kampung menghadapi banyak masalah dan petani jarang mendapatkan manfaat yang mereka harapkan. Kendala produksi ayam adalah penyakit, pakan dan pakan serta praktik peternakan. Faktanya, pengalaman dari demo plot AFRO (Advocation Farming Research Rudal Development) menunjukkan bahwa jika vaksinasi hanya diterapkan pada dua penyakit umum (Newcastle dan Fowl kolera), petani dapat memperoleh manfaat dari 60-70% dari total ayam yang ditetaskan dibandingkan dengan 20 –30% tanpa intervensi. Ayam dapat memberikan sumber pendapatan yang baik bagi penduduk desa, terutama keluarga termiskin dengan sumber daya terbatas seperti tanah dan modal. Perempuan – dan mereka merupakan lebih dari 50% dari total populasi orang dewasa – mendapat manfaat langsung dari pemeliharaan ayam karena mereka bekerja terutama di rumah. Menurut wawancara dengan para petani di lokasi percontohan, pendapatan dari ayam memungkinkan mereka membeli sebagian besar bahan yang dibutuhkan anak-anak untuk pergi ke sekolah. Pada saat yang sama, ayam juga menyediakan protein untuk keluarga dan makanan bernilai tinggi pada perayaan-perayaan sesekali (*)